IHSG Turun Lebih dari 7% Dalam Sehari, Investor Waspada Terhadap Ketidakpastian Politik dan Global
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami guncangan signifikan pada minggu kedua Maret 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi barometer utama pasar modal Indonesia, tercatat anjlok lebih dari 7% dalam satu hari perdagangan. Penurunan tajam ini merupakan yang terbesar sejak masa pandemi COVID-19 dan memicu kekhawatiran luas di kalangan pelaku pasar serta investor ritel.
Menurut data BEI, aksi jual besar-besaran terjadi pada saham-saham sektor keuangan, infrastruktur, dan teknologi. Investor asing tercatat melakukan net sell dalam jumlah besar, menyusul kekhawatiran terhadap ketegangan geopolitik di Asia Timur, rencana kebijakan suku bunga agresif oleh bank sentral AS (The Fed), dan dinamika politik dalam negeri menjelang pemilu nasional.
Sentimen Global Menekan Psikologis Pasar
Gejolak di pasar saham Indonesia tidak lepas dari pengaruh global yang bergejolak. Salah satu faktor terbesar adalah sinyal kuat dari The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuan guna menekan inflasi yang masih tinggi di Amerika Serikat. Kenaikan suku bunga ini membuat aliran modal asing berpindah ke aset-aset dolar AS, dan menjauh dari pasar berkembang seperti Indonesia.
Selain itu, ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan juga menjadi pemicu ketidakpastian. Ketakutan akan eskalasi konflik militer membuat pasar regional seperti Jepang, Korea Selatan, dan ASEAN mengalami tekanan besar. Bursa saham Asia umumnya merah, dan IHSG terkena dampak secara langsung dari arus keluar dana asing.
Kekhawatiran Politik Dalam Negeri Menambah Tekanan
Faktor dalam negeri juga tak kalah berpengaruh. Dengan agenda pemilihan umum presiden dan legislatif yang semakin dekat, para pelaku pasar menunjukkan sikap hati-hati. Spekulasi tentang kebijakan ekonomi pemerintahan berikutnya membuat sebagian investor memilih untuk wait and see, sementara sebagian lainnya mengambil langkah konservatif dengan menjual sebagian portofolio mereka.
Isu-isu terkait perubahan regulasi investasi, perombakan kabinet, dan kabar mengenai ketegangan antara lembaga negara menambah rasa tidak pasti. Dalam situasi seperti ini, volatilitas pasar menjadi sangat tinggi, dan pergerakan indeks bisa berubah drastis dalam hitungan hari, bahkan jam.
Strategi dan Tanggapan Otoritas Pasar
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) merespons cepat dengan memberikan pernyataan untuk menenangkan pasar. Mereka menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih solid, inflasi tetap terkendali, dan sektor perbankan tetap sehat dengan rasio kecukupan modal (CAR) di atas 20%.
Bursa Efek Indonesia juga meningkatkan koordinasi dengan pelaku pasar untuk menjaga likuiditas dan mencegah kepanikan massal. BEI mengaktifkan trading halt selama beberapa menit ketika IHSG turun tajam guna memberikan waktu kepada pelaku pasar untuk menilai kondisi.
Pemerintah juga mempercepat peluncuran insentif fiskal kepada sektor-sektor strategis guna menenangkan pasar. Sinyal positif mulai terlihat pada perdagangan akhir pekan, di mana IHSG menutup perdagangan dengan rebound 1,2% setelah sempat jatuh ke bawah level psikologis 6.000 poin.